Mengenang Glory Glory MU

Ngomongin bola.


Gue suka Manchester United sejak kecil. Bahkan, sebelum punahnya generasi emas sepakbola Manchester United besutan Sir Alex Ferguson. Eh bentar, kayaknya keliatan tua banget gue kalo nulis kayak tadi. Tapi, memang itu faktanya. Saat itu masih  masa gilanya beberapa pemain ini seperti: Van Der Sar, Rio Ferdinand, Vidic, Fabio-Rafael, Scholes, Giggs, Nani, Berbatov, dan Rooney.

Manchester United dulu adalah klub penghasil beberapa pemain muda yang bisa melegenda sampai sekarang. Sebut saja, Beckham, Scholes, Giggs, dan lain-lain. Siapa yang tak kenal ketiga pemain ini pada era yang lalu sampai sekarang ?

Ngomong sini.

Maaf, kayaknya ada yang ga tau sepakbola.


Oke. Untuk Ferguson sendiri.

Dulu itu, MU bukanlah klub yang dengan mudah membeli banyak pemain mahal dalam sekali transfer. Paling-paling beberapa tahun sekali baru ada pemain yang berlabel "star". Hal ini mungkin menjadi alasan fans MU bisa merasakan aroma keluarga dalam klub yang selama ini didukung. Bukan apa-apa, liat saja era Ferguson yang dengan gilanya merombak pemain-pemain dan menggantikannya dengan pemain-pemain muda yang notabene ga ada yang berlabel bintang dan akhirnya beberapa tahun kemudian bisa menjuarai UCL. Dari sini saja, kita bisa lihat kalo para pemain muda ini tidak merasa tertekan dan saling percaya karena memang jarang sekali transfer-transfer pemain besar-besaran. Para pemain merasa bahwa MU-lah rumahnya, di Old Trafford yang biasa lawan katakan menyeramkan.

Semua pemain MU dulu mentalnya gila banget. Era Ferguson dulu, para pemain sering dimarah sampe akhirnya bisa membalikkan keadaan pada injury time. Kalo kalian memang pecinta MU, pasti tau dengan istilah "Hairdryer Treatment" dan "Fergie Time". Kalo yang ga tau, coba cari di google.

Gue merasa kalo dulu itu emang beneran sepakbola dengan tingkat strategi yang tinggi banget. Bukan seperti sekarang yang apa-apa harus dibeli. Jadinya malah klub yang banyak uang pasti peluang kemenangan lebih besar. Bukan apa-apa, tapi gue merasa pemain-pemain sekarang jadi kurang loyal pada klubnya. Jaman sekarang, susah nyari satu pemain hanya satu klub saja.

Tapi, era sepakbola terus bergulir hingga sekarang. Era Ferguson telah habis menyisakan berbagai kenangan yang melegenda.

Manchester United sekarang adalah klub yang secara finansial luar biasa sering membeli pemain-pemain dengan uang yang memecahkan rekor transfer dunia. Hebat tapi gila.

Oke disini masalahnya, sejak Ferguson telah pensiun sebagai manager MU, semua pemain sedang mengalami penurunan mental. Hal ini pertanda dimulainya MU akan membeli banyak pemain-pemain mahal. Karena dulu termasuk klub yang 'pelit'', akibatnya banyak pembelian pemain bintang yang melenceng dan gagal untuk mengangkat piala kembali.

Bicara soal pemain MU yang hanya itu-itu saja dalam tiap tahun, tentu berdampak pada para pemain yang merasa sudah berkeluarga di klub ini dengan ayah tunggal Ferguson. 

Bisa dibayangkan bermain dengan keluarga yang tentu sudah saling mengenal satu sama lain kekuatannya akan jadi seperti apa. Bisa dibayangkan kalau kita bermain dan ada ayah kita yang melihat tentu kita akan bermain lebih serius lagi dan tidak mengecewakan.

Sekali lagi, era telah berganti.

Era Davis Moyes adalah era MU mengalami kegagalan selama beberapa tahun selalu menjuarai Liga. Banyak pemain yang sudah tidak seperti dulu lagi. Semua menurun. Banyak yang alami cedera. Akibatnya, MU sudah diwajibkan mengganti pemain yang masih mengalami penurunan terus-menerus.  Pembelian dilakukan dengan membeli Fellaini hingga Di Maria di era LVG.

Pemain-pemain yang dibeli oleh David Moyes ternyata tidak menaikkan mental para pemain, sebut saja Fellaini dan kawan-kawan. 

Kembali terseok-seok dalam kompetisi membuat David Moyes mengalami pemecatan. Hal yang sangat jarang MU mulai berani untuk memecat secara cepat seorang manager yang masih berusaha memegang klub besar. 

Jangan salah, ini belum berakhir masih ada petualang MU di depan. 




Setelah berakhirnya era dari David Moyes, sekarang kita akan masuk ke era LVG (Louis Van Gaal). Perlu diketahui, bahwa LVG adalah satu manager terbaik dunia. Semua klub yang pernah ditanganinya selalu menjadi juara. Hal ini tentu menjadi magnet tersendiri bagi MU yang sedang memerlukan manager baru. 

Kembali lagi, MU di era LVG tetap saja berbelanja secara besar-besaran. 

Kali ini LVG membeli Di Maria yang saat itu juga sedang dalam masa emasnya sebagai pemain bola. Mencoba beradaptasi dari Liga Spanyol ke Liga Inggris tentu bukan tugas yang mudah, Di Maria tidak bisa mengembang tugas yang diberikan, akhirnya kebuntuan kembali bagi MU. 

Setelah menempuh perjalanan yang sangat panjang, akhirnya MU kembali memecat LVG dengan jangka waktu yang lumayan singkat. Tentu melatih klub MU merupakan kegagalan pertama bagi manager terbaik itu.

MU lantas tidak menyerah, dengan mendatangkan kembali pelatih terbaik dunia, Mourinho. Dengan datangnya Mourinho, sedikit demi sedikit klub MU mendapat perubahan. Dengan memegang tiga piala sekaligus dalam satu musim tentu menghapus dahaga para pemain yang ingin juara. Kini, MU sedang ingin membeli Sanchez.



Gue sebagai pendukung MU, ingin melihat MU kembali berjaya. GGMU


ps: Tulisan ini gue buat tanpa edit. maapkeun.

Seseorang yang menetap di angkasa, tetapi memaksa turun kebumi dengan sebuah roket yang luar biasa. Salam, Andika Machmud.

avatar

MU emang penggilanya banyak bgt trutama di Indonesia.
Aku aja suka cuma gak begitu ngikutin sih..
Semoga MU berjaya lagi ya jadi seperti singa di dunia sepak bola

Delete 21 Januari 2018 pukul 08.37
avatar

gw sebenarnya milanisti. tapi kalo liga inggris gw pilih MU

Delete 28 Januari 2018 pukul 12.33