Gue adalah
orang yang jika nyaman terhadap sesuatu susah banget pindahnya, alasan yang
paling kuat untuk gue ucapkan adalah “Kalau udah nyaman, ngapain pindah ?” Dengan itu orang yang bertanya mungkin juga
akan berpikir, dan mungkin saja bisa sedikit merasakan yang kadang gue alami
akhir – akhir ini.
Oke, bukan
akhir – akhir ini, tapi memang selalu.
FYI, ibu gue
adalah seorang dosen yang ngajar di suatu kampus di daerah tempat gue tinggal,
dan juga ibu gue adalah seorang yang sering ngajar atau diundang seminar atau
lain – lain yang mengharuskan keluar daerah. Ini ada senang dan sedihnya,
meskipun terlihat dari luar gue baik – baik saja dan cukup kuat untuk semua
ini. Padahal nggak seperti itu juga.
Senangnya adalah
gue bangga memperkenalkan ini ibu gue, nggak malu untuk memperkenalkannya di
depan umum. Yep, siapa yang nggak bangga ibunya itu sukses dalam bidangnya
sendiri ? Sebagai anak gue harusnya memberi dukungan untuk bisa terus menafkahi
anaknya ini.
But..
Sedihnya adalah
setiap ibu gue itu harus pergi ke luar daerah maka gue diharuskan menetap
sementara di rumah oma gue yang menurut gue menetap sana – sini seperti ini itu
nggak sama sekali menyenangkan. Buku sekolah dibawa ke rumah oma, termasuk
baju, sepatu dan segala hal yang gue butuhkan selama berada disana.
Ini sesuatu
yang nggak gue inginkan selama hidup gue, hidup pindah – pindah dan dibiayai
dari jauh itu cukup membuat gue tertekan. Belum lagi jika banyak kebutuhan ini
– itu yang mengharuskan banyak uang keluar. Memang anak yang lain berpikir “Kan
udah dibiayai, meskipun tidak langsung”, tapi menurut gue itu sangat nggak
menyenangkan.
Hidup itu
tentang perpindahan dan adaptasi
Iya, sebagai
manusia gue nggak akan lepas dari masalah beginian, dari munculnya kenyamanan
tapi diharuskan ganti lagi dan adaptasi lagi. Are u serious ? Memang hidup
manusia itu segalanya tentang adaptasi dengan yang baru, jika melawan maka akan
tertinggal.
Sebagai contoh
gini : Lu udah lulus masa SMA dan mau masuk ke dunia perkuliahan dan disana itu
teman lu sedikit dan beda – beda jurusan juga, mau nggak mau lu diharuskan
untuk adaptasi, kalau nggak maka akan terkucilkan dengan sendirinya.
Perpindahan –
perpindahan lalu adaptasi lagi.
Hidup itu
tentang datang dan pergi
Ini nih, ini
suatu kata – kata yang paling gue nggak suka dalam hidup gue, semua orang benci
perpisahan termasuk gue. Nggak ada yang suka perpisahan dalam hidupnya apalagi
dengan orang yang disayangi, itu sama saja membunuh yang kembali pada konsep
yang tadi “Perpindahan atau Perpisahan dan kembali ke Adaptasi”
Mungkin
beberapa dari pembaca gue berpikir bahwa gue menulis yang sudah menjadi hukum
alam dan tidak mungkin diubah. Iya, gue menulis ini dan gue mau mempertanyakan
mengapa harus gini.
Bukan soal itu
juga, tapi gimana, ya ?
Coba lu
bayangin saat udah nyaman pada sesuatu dan berharap nggak akan pergi tapi harus
pergi juga ?
Hidup ini penuh
dengan ketidakpastian yang membuat gue bimbang tentang yang akan datang dan
masa lalu yang mau gue perbaiki. Sebuah rahasia yang hanya Tuhan yang tau masa
depan akan jadi apa, dan masa lalu akan jadi apa jika kita melakukan hal yang
lain.
Hingga gue
mengutip beberapa kata dari Raditya Dika tentang bukunya yang “Hidup adalah
perpindahan”
“Padahal untuk
mendapatkan suatu pencapaian yang luar biasa kita tidak bisa bertahan pada
tempat yang sama. Tidak ada hidup yang lebih baik yang dilakukan tanpa
perpindahan. Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik yaitu berani pindah”
Disitu tersirat
dengan jelas bahwa dia sendiri sangat tidak menyukai perpindahan yang mungkin
sama dengan dia, tapi keadaan dan lingkungan sekitar yang memaksa harus
berpindah dan melakukan adaptasi lagi
Move on dan
ikhlas adalah satu kunci untuk menhadapi masalah ini. Ini bukan kita atau gue
sendiri yang salah, tapi gue tau ini adalah satu pembelajaran buat gue nantinya
yang isinya adalah “Sesuatu yang kau miliki akan hilang dihari nanti” Dengan
nggak terlalu cinta atau sayang terhadap sesuatu dibumi yang suatu saat akan
musnah juga.
Dan mungkin ibu
gue juga melakukan ini untuk masa depan gue, positif thinking aja.
Iya, kita
adalah hamba-Nya yang semua itu akan kembali kepada-Nya juga.
Oke, ini
mungkin udah terlalu sensitif.
comment 8 Komentar
more_vertYa, dalam hidup, kalo lu mau maju, lu berani keluar dari comfort zone lu. Dan meskipun hidup kita tidak sempurna, kita harus bisa menerima semua itu dan terus maju. Itu yg Ibu lu lakukan saat ini.
Delete 13 Oktober 2016 pukul 09.16The past is the past. And the only direction in life that matters, is forward.
...dan apakah ibumu single parent? Beliau pasti wanita yg luar biasa ya. Dipi setuju trhdp sikap Dika yg berupaya berikan support terbaik utk ibu walau kadang situasi ga nyaman buat Dika. Tapi paling ngga, karena situasi yg biasa dihadapi ini, pada diri Dika ada karakter adaptasi lingkungan yg lbih cepat di banding rata2 org lain. Makin dewasa justru kita makin mbutuhkan karakter n kenampuan beradaptasi dgn cepat. Less stress.. Lebih easy going... lebih hepi. :).
Delete 14 Oktober 2016 pukul 06.38Aku baru aja lulus kuliah dan sekarang aku dituntut harus bekerja. Dari yang awalnya hanya kuliah, minta duit orang tua sekarang udah saatnyta berpindah, aku yang harus membiayai hidupku sendiri, kalau bisa ngasih ke orang tua. Ya ini adalah perpindahan. Hidup emang penuh dengan perpindahan. Kadang kita memang harus berpindah. Kalo masalah lu yang hidup berpindah-pindah mungkin emang sulit, harus adaptasi lagi, udah nyaman kemudian pindah lagi, adaptasi lagi, kaya gitu terus. Tapi coba lihat dari sudut pandang positifnya, lu bisa punya banyak kenalan. Mungkin suatu saat itu akan berguna buat lu.
Delete 14 Oktober 2016 pukul 13.43Hidup itu tentang perpisahan dan adaptasi. Di tahap ini, lo udah bener banget bro.
Delete 14 Oktober 2016 pukul 14.14Kayaknya kita orang yang sama, gue tidak menyukai adanya perpisahan. Tetapi gue akan selalu fight untuk beradaptasi. Gue contohin nih:
Pas awal masuk SMA, kelas 10. Gue awalnya gak seneng aja dan merasa gak kerasan berada di kelas yang baru ini, gue ngerasa berbeda aja dari kelas gue saat kelas 9 SMP. Tapi? Gue berusaha untuk selalu menampakkan kesenangan dan dibikin enjoy aja, lambat laun hasilnya, gue udah terbiasa aja sama teman-teman baru, yang akhirnya udah jadi sahabat gue. Lalu, saat naik kelas, kita diacak lagi, gak sama lagi, kita berpisah. Dan gue nyesal karna dulunya pernah menganggap kelas ini gak seru, pokoknya gak asik lah. Namun skrg cuman tinggal masa lalu.
Poin nya adalah nikmatilah sebelum semuanya sirna.
Semoga lo diberikan spirit bro, nyokap lo berjuang demi buat lo bahagia :)
LAgi ngebahas tentang kehidupan nih ya ,
Delete 14 Oktober 2016 pukul 17.05oke deh ,
sebenernya gue juga tipe orang yang susah move on.
Semacam pindah-pindahan gitu.
tapi makin kesini sepertinya gue makin dewasa deh,
jadi kalau mau mernatau kemana aja pasti ga bakal jadi masalah.
gue tau disana pasti bakal banyak banget cerita amazing yang sedang menunggu.
Jadi ikutan sedih juga pas baca artikel ini. Memang sih kerasa banget. Widya pun merasakan hal yang sama. Tidak suka dengan yang namanya perpindahan namun apalah daya. Hidup ini memang tentang perlawanan. Tapi gimanapun juga sebisa mungkin harus selalu berfikir positif bahwa perpindahan akan selalu menciptakan keadaan yang lebih baik. Nice sharing :)
Delete 15 Oktober 2016 pukul 08.07Ya emang gitu sih ya.. Setidaknya lo harus bersyukur, nyokap masih sehat, berwawasan luas dengan penghasilan yang juga pasti lumayan.. Walopun sering ditinggal2, setidaknya nyokap bisa balik lagi, masih bisa ketemu nyokap lagi.
Delete 15 Oktober 2016 pukul 21.37Gue kemarin baru aja pindah tempat kerjaan, awalnya nyesek, tapi memang akhirnya gue sadar, gue harus jadi manusia setengah salmon yang kuat~
Dibanding gue yang selalu di kirim kesana kemari sama nyokap , di titipin disina disana sama bokap bahkan hampir gak pernah ketemu . yah semua itu tergantung diri lo aja , lo kuat ngejalaninnya atau nggak . so , Lo harus bisa keluar dari zona amannya lo dan bersikap biasa aja dengan ini
Delete 20 Oktober 2016 pukul 20.55