Apakah gue harus melanjutkan tulisan sedih "Seperti Pecundang" yang lalu? Karena yang gue rasa bukan lagi kesedihan itu, intinya sekarang gue baik-baik saja. Iya, kadang "rasa" se roller-coaster itu. Kadang bisa bikin seneng, tapi tak jarang sebaliknya.
Tapi seriusan, gue sekarang nggak tau apa yang harus gue tulis. Karena metode menulis gue ya bukan untuk menyiksa diri, kalo lagi bisa dan kebetulan ada ide ya... gue nulis, kalau nggak ya gini, gabut nggak bisa apa-apa. Kadang liat-liat media sosial yang penuh dengan caci maki untuk atlet Indonesia yang sudah berjuang sekeras tenaga, kadang liat lagi word yang masih kosong dan ditambah kursor-nya seperti sedang mengejek gue.
Gue bingung ya, kenapa orang-orang itu mau saja baca tulisan seperti ini, karena sepertinya di luar sana banyak sekali penulis-penulis keren. Duh, kalo dibandingkan dengan tulisan gini, tulisan gue seperti butiran jasjus dan remah-remah khong guan dibanding mereka yang seperti daging sapi atau kambing hasil kurban kemarin. Tapi ya sekali lagi gue juga nggak tau kenapa pembac....
Sebentar kayaknya ada balasan pesan masuk di ponsel gue.
Dari perempuan itu ternyata!
Bentar gue jawab dulu.
Tapi seriusan, gue sekarang nggak tau apa yang harus gue tulis. Karena metode menulis gue ya bukan untuk menyiksa diri, kalo lagi bisa dan kebetulan ada ide ya... gue nulis, kalau nggak ya gini, gabut nggak bisa apa-apa. Kadang liat-liat media sosial yang penuh dengan caci maki untuk atlet Indonesia yang sudah berjuang sekeras tenaga, kadang liat lagi word yang masih kosong dan ditambah kursor-nya seperti sedang mengejek gue.
Gue bingung ya, kenapa orang-orang itu mau saja baca tulisan seperti ini, karena sepertinya di luar sana banyak sekali penulis-penulis keren. Duh, kalo dibandingkan dengan tulisan gini, tulisan gue seperti butiran jasjus dan remah-remah khong guan dibanding mereka yang seperti daging sapi atau kambing hasil kurban kemarin. Tapi ya sekali lagi gue juga nggak tau kenapa pembac....
Sebentar kayaknya ada balasan pesan masuk di ponsel gue.
Dari perempuan itu ternyata!
Bentar gue jawab dulu.
Oke lanjut.
Tapi ya gitu, gue juga nggak tau kenapa pembaca suka sekali tulisan seperti ini. Katanya fresh gitu. Padahal, kalau dipikir fresh, iya darimana anjer? Kan banyak manusia seperti itu juga kalo lagi gabut. Apalagi tulisan seperti ini mudah sekali ditulis oleh siapapun, bahkan untuk orang yang masih belajar menulis. Mereka paham fungsi menulis saat gabut hanya untuk menghilangkan kegabutan, atau paling nggak kalau mereka nggak suka nulis... ya dengerin lagu.
Gue juga gitu, mutar lagu kok.
Bentar.
Internet gue lelet buka Spotify, anjir
"Memainkan dari album 'Sebuah Nama, Sebuah Cerita'
Peterpan - Bintang Di Surga"
Itu.
Lanjut ya, kadang gue kesel sama orang yang punya banyak ide dan pintar sekali untuk menulis tapi idenya hanya disimpan seorang diri, tulisannya disimpan dan tidak dibagikan. Egois.
Emang lu siapa, Dik?
Iya, kan pendapat gue, kalau nggak setuju, yasudah.
Tapi kayaknya pertanyaan itu ada benarnya juga, itu kan hak pribadi mereka mau bagiin atau nggak. Yaudah gue ralat, kadang gue kesel sama orang yang belum nulis apa-apa, sudah asal hina tulisan orang. Masalahnya seperti orang yang baru mulai nulis, memang tulisannya bisa hancur banget, tapi ya gitu... orang-orang mabok gula aren itu ada yang asal komentar menghina. Jadinya, mereka yang baru mulai belajar itu merasa minder. Lantas, penulis yang baru belajar banget itu nggak lanjutin apa yang dia tul....
Pesan masuk lagi, sepertinya dia.
Tebakan gue benar!
Lagi saling chat?
Mengusahakan.
Asudahlah. Ku mau fokus ke dia dulu. See you!
Tapi ya gitu, gue juga nggak tau kenapa pembaca suka sekali tulisan seperti ini. Katanya fresh gitu. Padahal, kalau dipikir fresh, iya darimana anjer? Kan banyak manusia seperti itu juga kalo lagi gabut. Apalagi tulisan seperti ini mudah sekali ditulis oleh siapapun, bahkan untuk orang yang masih belajar menulis. Mereka paham fungsi menulis saat gabut hanya untuk menghilangkan kegabutan, atau paling nggak kalau mereka nggak suka nulis... ya dengerin lagu.
Gue juga gitu, mutar lagu kok.
Bentar.
Internet gue lelet buka Spotify, anjir
"Memainkan dari album 'Sebuah Nama, Sebuah Cerita'
Peterpan - Bintang Di Surga"
Itu.
Lanjut ya, kadang gue kesel sama orang yang punya banyak ide dan pintar sekali untuk menulis tapi idenya hanya disimpan seorang diri, tulisannya disimpan dan tidak dibagikan. Egois.
Emang lu siapa, Dik?
Iya, kan pendapat gue, kalau nggak setuju, yasudah.
Tapi kayaknya pertanyaan itu ada benarnya juga, itu kan hak pribadi mereka mau bagiin atau nggak. Yaudah gue ralat, kadang gue kesel sama orang yang belum nulis apa-apa, sudah asal hina tulisan orang. Masalahnya seperti orang yang baru mulai nulis, memang tulisannya bisa hancur banget, tapi ya gitu... orang-orang mabok gula aren itu ada yang asal komentar menghina. Jadinya, mereka yang baru mulai belajar itu merasa minder. Lantas, penulis yang baru belajar banget itu nggak lanjutin apa yang dia tul....
Pesan masuk lagi, sepertinya dia.
Tebakan gue benar!
Lagi saling chat?
Mengusahakan.
Asudahlah. Ku mau fokus ke dia dulu. See you!
comment 0 Komentar
more_vert