Akhrinya setelah melalui
pertimbangan yang sangat singkat, gue memutuskan untuk mengikuti eskul debat.
Ini terinspirasi total dari seorang Youtuber yang juga merupakan seorang
Debater juga. Buat yang sering nonton Youtube pasti tau yang gue bicarakan
disini siapa. Editingnya mantep banget, gue yakin kalau dia buat film pasti
shot per shot “mahal”, melihat dalam karya di Youtubenya udah begitu.
Kembali ke debat.
Debat merupakan kegiatan adu
argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun
kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. “Wikipedia”
Gue yang awalnya cuma mau
iseng masuk aja, yang penting belajar dulu akhirnya memutuskan untuk fokus ke
eskul yang satu ini, bukan karena gue terpilih mewakili sekolah, tapi ke gue
lebih tahu mau bicara apa saat ditanya ini, dan mau berbicara apa saat didesak
dengan berbagai macam pertanyaan. Iya, gue awalnya malu untuk bicara di depan
banyak orang. Itulah alasan gue memulai blog ini dengan antusias karena tanpa
tampil di depan umum gue bisa berkarya,
walaupun tulisan ini hanya kegiatan gue sehari – hari gue dan pikiran absurd
gue yang nggak bisa dibuktikan walaupun diteliti secara mendalam.
Berdampaknya skill berbicara
gue di depan umum merupakan alasan terbesar gue untuk fokus ke eskul ini, ini
berguna banget, kalau lagi diskusi kelompok gue bisa tahu gimana memulai
bicara, dan mengakhiri hingga memotong argumen lawan saat diskusi dengan tidak
menyinggung perasannya. Itu kalau diskusi kelompok saat presentasi isinya pasti
debat jawaban semua hingga guru memberikan arahan untuk berhenti, karena kelas
gue hampir semua ngikut debat juga. Makanya, kalau mau presentasi udah mikir “Ini
pasti di tanya”, “Ini janggal bisa – bisa di tanya begini”, udah nggak ngasal
yang penting ada. Gue harus mikir jawaban sebelum ditanyakan, awalnya susah,
tapi lama – kelamaan terbiasa.
Kalau di hitung – hitung latihan
debat itu baru sekitaran 3 – 4 kali, tapi skill gue memang nggak main – main,
karena awalnya pasti tetap susah, gue tetep coba bicara dulu walau pelan yang
penting point yang mau gue sampaikan itu bisa dipahami oleh pendengar, daripada
cepet tapi ada kesalahan bicara atau point yang terlewat. Tapi, alhamdulillah
sampai gue nulis ini gue udah bisa bicara cepat, meskipun nggak secepat Kevin
Anggara, atau Agung Hapsah. Karena memang (Thankyou untuk kakak Pembina kalau
membaca ini) latihannya santai, dan nggak bikin gue “Ah, banyak banget yang
harus diingat”
Debat itu nggak asal debat,
sama kayak lo mau bikin puisi harus paham dulu apa itu Personifikasi, Rima, dan
banyakin Diksi dulu. Btw, gue juga
dulu nggak mau tau apapun tentang puisi, karena menurut gue itu sangat nggak
cocok dengan diri gue. Tapi, lama – lama jadi suka, dan hingga saat ini puisi
adalah tempat gue menuangkan semua emosi gue yang nggak bisa tersampaikan cuma
dengan tulisan gini, harus pakai puisi buat bisa mencurahkan semua.
Di debat juga gue baru tau apa
itu Interupsi, Mosi, Limitasi dan banyak hal lain yang di ajarkan. Gue yang
awalnya cuma ngira “Ah, yang penting saling “bantah” aja” ternyata salah.
Banyak yang gue nggak tau akhirnya bisa tau. Yang terpenting bisa diterapkan di
kelas dan menunjang nilai gue juga, ngomong – ngomong kan K13 itu hampir semua
dinilai. Hehe..
Tadi gue baru melihat debat
secara nyata di depan kelas yang diperankan oleh Kakak Pembina, saling “bunuh” argument
yang menurut gue itu sangat keren. Bicara harus cepat dan kata tersusun rapi,
dan juga intonasi suara yang sangat – sangat keren. Ini masih terus gue
pelajari. Gila aja, kalau gue bisa, ya kan?
Debater itu bagus, itu bisa
melatih cara berbicara lu untuk menyampaikan apa yang mau lu sampaikan dengan
batas waktu tertentu.
Ah, belajar aja deh. Pasti bagus.
comment 1 Komentar
more_vertGue sebenernya dari waktu mau cari SMA , gue mau nyari SMA yang ada ekstrakulikuler debeater nya . Mungkin gue persis dengan diri lu dik ! gue suka juga debeater yang bermanfaat.
Delete 6 September 2016 pukul 17.18Terlepas dari itu semua , ternyata sekolah yang gue masuki enggak ada eskul debeater nya , yang ada dan cocok dengan gue adalah "jurnalistik" jadi gue masuk ke eskul tersebut.
Ada rencana gue mau pindah sekolah ke luar kota , buat nyari SMA yang ada eskul debatnya karena itu merupakan fashion diri gue sendiri.
Kalo ngomongin masalah "bicara cepat" gue dari dulu emang kalo ngomong sama orang lain atau baca dan sebagainya itu udah terbiasa "cepat".Tapi , kadang gue berfikir : kok begini ? , tapi ya itulah fashion gue .